1. Chuunibyou
Chuunibyou, kasarnya berarti “penyakit/sindrom/gejala kelas dua SMP”. Chuunibyou
adalah suatu gejala di mana seseorang anak yang berumur sekitar 14 tahun
cenderung bersikap sok atau bersikap seolah-olah ia memiliki kekuatan
supranatural dan semacamnya. Ada juga yang bersikap jijikan, sombong,
dan bahkan meremehkan orang di sekitarnya. Sikap seperti ini biasanya
ditemukan pada anak remaja yang memasuki masa pubertas. Namun masih ada
juga orang yang sudah dewasa (SMA ke atas) masih bersikap seperti ini.
.
2. WEEABOO
WEEABOO sering disamakan dengan WAPANESE yang berarti “WANT TO BE JAPANESE”
atau "JAPANESE WANNABE" atau "orang jepang jadi-jadian", atau “alay
jejepangan”. Weeaboo bisa dianggap otaku versi ekstrim. Seorang Otaku
belum tentu adalah Weaaboo, namun Weaaboo biasanya adalah Otaku.
Weeaboo adalah orang yang senang mempertontonkan dirinya ‘sangat
jepang’, melebihi orang jepang asli. Mereka sebetulnya orang yang sangat
terobsesi dengan jepang, bertingkah seperti orang jepang dan seolah
sedang tinggal di jepang, bersifat seperi orang jepang, berbicara dengan
gaya jepang dg segala istilah-istilah ajaib terupdate-nya. Padahal
mereka sama sekali bukan orang jepang, bukan warga negara jepang, dan
gak tinggal di jepang.
Inspirasi mereka berasal dari anime atau manga. Bagi mereka anime / manga adalah sumber utama maha kebenaran, ilmu pengetahuan, dan juga bahasa. Dalam benaknya negara jepang adalah semacam ‘holy land’ di planet ini, dan segala hal mengenai jepang adalah yang paling ‘Superultrafantasticmegawesome’.
Bagi mereka, semua orang harus beranggapan baik mengenai jepang, termasuk mengerti dan memahami jepang baik budaya, tradisi dan kebiasaannya. Mereka akan naik pitam jika kamu berani mencoba menjelek-jelekan jepang.
Inspirasi mereka berasal dari anime atau manga. Bagi mereka anime / manga adalah sumber utama maha kebenaran, ilmu pengetahuan, dan juga bahasa. Dalam benaknya negara jepang adalah semacam ‘holy land’ di planet ini, dan segala hal mengenai jepang adalah yang paling ‘Superultrafantasticmegawesome’.
Bagi mereka, semua orang harus beranggapan baik mengenai jepang, termasuk mengerti dan memahami jepang baik budaya, tradisi dan kebiasaannya. Mereka akan naik pitam jika kamu berani mencoba menjelek-jelekan jepang.
3.Nijikon
Nijikon
(二次コン?) adalah istilah slang dalam bahasa Jepang yang digunakan untuk
merujuk orang yang hanya tertarik atau terobsesi dengan wujud dua
dimensional berupa karakter anime, manga, dan permainan video, yang
notabene merupakan depiksi dua dimensi di atas kertas atau layar, serta
figur boneka dari karakter tersebut. Istilah ini merupakan singkatan
dari istilah Nijigen kompurekkusu (二次元コンプレックス?, Kompleks 2 Dimensi).
Otaku yang terobsesi kepada salah satu atau lebih karakter dalam anime, manga, atau permainan video menyebut diri mereka sebagai Nijigen Otaku (Niji Ota) atau Otaku penggemar 2 dimensi. Sebaliknya, Otaku sendiri tidak pernah mengaku dirinya menderita Nijikon.
Pada kasus yang serius, laki-laki penderita Nijikon hanya memiliki rasa cinta kepada karakter perempuan dalam anime, manga, atau permainan video. Pada pria maupun wanita penderita Nijikon, minat seksual terhadap manusia lawan jenis atau kehidupan nyata sudah tidak ada lagi.
Otaku yang terobsesi kepada salah satu atau lebih karakter dalam anime, manga, atau permainan video menyebut diri mereka sebagai Nijigen Otaku (Niji Ota) atau Otaku penggemar 2 dimensi. Sebaliknya, Otaku sendiri tidak pernah mengaku dirinya menderita Nijikon.
Pada kasus yang serius, laki-laki penderita Nijikon hanya memiliki rasa cinta kepada karakter perempuan dalam anime, manga, atau permainan video. Pada pria maupun wanita penderita Nijikon, minat seksual terhadap manusia lawan jenis atau kehidupan nyata sudah tidak ada lagi.
4.Hikikomori
Hikikomori
sendiri adalah istilah Jepang yang berarti “menarik diri'” dan mulai
menarik perhatian media sejak 1999-2000an karena kasusnya yang cukup
fenomenal. Diduga ada 2 juta remaja Jepang (kebanyakan umur 13-20 tahun)
yang mengalami penyakit ini. Sindrome yang paling jelas dari hikikomori
adalah tidak pernah keluar kamar (atau rumah). Bahkan tercatat ada
orang yang tidak keluar dari kamarnya selama 10 tahun (yang pasti di
dalam kamar ada kamar mandinya, bisa2 berjamur kalo ga mandi selama 10
tahun).
80% hikikomori adalah laki-laki dan fenomena ini sering dijumpai di negara maju. Di banyak negara, hikikomori dianggap sebagai penyakit psikologi, sindrom PDD dan autisme. Hanya di Jepang, Hikikomori dianggap sebagai fenomena sosial (saking banyaknya). Kebanyakan masyarakat menganggap bahwa faktor keluarga berada dibalik kasus-kasus hikikomori. Hilangnya figur ayah (terlalu sibuk bekerja), ibu yang terlalu memanjakan anak, dan tekanan akademik di sekolah, school bullying, dan maraknya video game di Jepang. Semakin tua seorang hikikomori, semakin kecil kemungkinan dia bisa berkompeten di dunia luar. Bahkan ada kemungkinan tidak bisa kembali normal untuk bekerja atau membangun relasi sosial, seperti menikah.
80% hikikomori adalah laki-laki dan fenomena ini sering dijumpai di negara maju. Di banyak negara, hikikomori dianggap sebagai penyakit psikologi, sindrom PDD dan autisme. Hanya di Jepang, Hikikomori dianggap sebagai fenomena sosial (saking banyaknya). Kebanyakan masyarakat menganggap bahwa faktor keluarga berada dibalik kasus-kasus hikikomori. Hilangnya figur ayah (terlalu sibuk bekerja), ibu yang terlalu memanjakan anak, dan tekanan akademik di sekolah, school bullying, dan maraknya video game di Jepang. Semakin tua seorang hikikomori, semakin kecil kemungkinan dia bisa berkompeten di dunia luar. Bahkan ada kemungkinan tidak bisa kembali normal untuk bekerja atau membangun relasi sosial, seperti menikah.
Gimana? Ngeri bukan? Enjoy reading.. Tapi jangan lupa meninggalkan komentar ya? :D
0 comments:
Post a Comment